Kamis
(2/11/17) Titoh Marsitoh seorang ibu pedagang warung nasi hidup sendiri tanpa
keluarga. Berjualan di daerah kertamukti,
kecamatan ciputat timur, Kabupaten Tangerang selatan. (Foto: Mutiara
Chairunnisa P)
Ibu bernama
Titoh Marsitoh berusia 55 tahun adalah seorang pedagang warung nasi yang berlokasi
di daerah kertamukti, Kecamatan Ciputat Timur, Kabupaten Tangerang Selatan. Warung
nasi yang sekaligus menjadi tempat tinggalnya tersebut bernama Kantin Barito yang
berada di samping Masjid Al-Mauizhatul Hasanah. Kantin Barito yang menjadi
tempat tinggal ibu titoh tidak terlalu besar namun berukuran sedang.
Ibu titoh yang
berasal dari daerah Cianjur ini sudah hampir 30 tahun menetap di daerah
tersebut dan baru memulai berdagang warung nasi pada tahun 2012 bersama sang
suami. Pada tahun tersebut
sang suami meninggal dunia dan hanya tinggal dengan anak lelakinya yang
beranama yayan. Tak terduga di tahun 2015 anak lelakinya juga menyusul sang
suami ke Yang Maha Kuasa. Memang jauh sebelum suaminya tiada, anak perempuannya
yang lebih awal telah tiada. Namun dengan begitu ibu titoh tetap melanjutkan
hidupnya.
Hidup
sendiri dengan tidak ditemani anggota keluarga yang lain, ibu titoh tetap
bersemangat dalam berjualan demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Dari
pendapatan berjualannya ibu titoh sudah bisa mencukupi kebutuhannya.
‘’Pendapatan saya dalam sehari itu berkisar Tiga ratus ribu rupiah dan jika
pembelinya ramai pendapatan yang bisa saya dapat adalah Lima Ratus Ribu Rupiah.
Tetapi ya alhamdulillah saya bisa memenuhi kebutuhan saya.”ujar ibu titoh.
Selain itu, ibu titoh menuturkan bahwa warung nasi miliknya adalah sebuah
kontrakan yang perbulannya harus membayar enam ratus ribu rupiah.
Warung
nasi yang dijalankan oleh ibu titoh ini dibuka setiap hari dari pagi hingga
sore hari. Dalam hal membeli bahan-bahan makanannya, ibu titoh membelinya
sendiri di Pasar Ciputat dan begitu pula dalam memasak makanan lauk pauk ia
tidak dibantu oleh siapapun. Menu makanan yang dijual di warung nasi miliknya bermacam
variasi. Di warung nasi miliknya terdapat menu makanan yang menjadi favorit
para pelanggannya yaitu ayam goreng spesial, dimana ayam goreng spesial itu
terdapat bumbu-bumbu kremes. Bumbu kremesnya tersebut terbuat dari
parutan-parutan kelapa yang dicampur ke dalam masakan ayam tersebut. Berkat
ayam goreng spesial handalan dari ibu titoh banyak yang memesannya, tidak hanya
dari pelanggan saja namun dari beberapa tetangga.
Selain itu,
ibu titoh juga menerima pesanan nasi box untuk tetangga sekitarnya. Dimana
harga dari nasi box nya tersebut bervariatif, harga tersebut berkisaran antara
lima belas ribu rupiah hingga dua puluh ribu rupiah. Tak hanya menerima pesanan
nasi box namun juga pesanan nasi tumpeng. Biasanya mahasiswa yang di sekitar
warungnya memesan nasi tumpeng tersebut untuk acara syukuran maupun acara di
kampus.
Ibu titoh ini
terkenal sebagai ibu yang dihormati bahkan disenangi oleh tetangga-tetangganya
terutama para mahasiswi kampus. Ibu titoh memang memiliki sifat yang baik dan
juga ramah. Karena kebaikan dan keramahan yang dimilikinya membuat para
mahasiswi mengganggap ibu titoh sebagai ibu kedua bagi mereka. Sikap ibu titoh
terhadap para mahasiswi tersebut memang seperti layaknya seorang yang ibu
terhadap anak kandungnya sendiri. Panggilan akrab ibu titoh bagi para mahasiswi
tersebut adalah budeh.
“Saya sudah tinggal disini lama dan
sudah lama juga mengenal budeh. Budeh orang yang ramah sekali kepada saya. Saya
juga sudah mengganggap budeh sebagai ibu kedua saya.”ujar Nurul. “Iya betul,
budeh sudah saya anggap sebagai ibu saya juga. Budeh selalu menanyakan apakah
saya sudah makan atau belum. Pokoknya budeh orang yang sangat baik dan sangat
penyayang.”ujarnya lagi.
Selain
terkenal sebagai orang yang baik dan ramah, ibu titoh juga sangat rajin
beribadah di masjid. Ditengah kesibukannya berjualan, beliau tidak pernah
meninggalkan ibadahnya kepada Allah Swt. Di dalam kondisi yang sangat sederhana
beliau tidak pernah mengeluh dan selalu bersyukur atas pemberian yang telah
allah swt berikan kepadanya. Walaupun terkadang hasil jualannya tidak selalu
banyak namun ia tetap merasa cukup dan bersyukur atas itu.
“Apapun
yang saya dapatkan dari berjualan ini, saya mah tetap merasa cukup.
Alhamdulillah tetap saya syukuri. Walaupun kadang-kadang itu hasil dari
berjualan ini tidak terlalu banyak, tapi saya tetap bersyukur aja sama Allah
Swt. Kalau saya mengeluh atas hasil jualan saya kan allah tidak akan suka juga.
Gak baik juga kan kalau kita gak bersyukur”Ujar Ibu Titoh.
“Intinya
gini, dalam hidup itu tidak boleh menyerah harus tetap semangat dalam kondisi
apapun. Walaupun keluarga sudah tidak ada, tidak menjadikan saya orang yang
lemah. Pokoknya harus kuat dan tetap merasa bersyukur atas segala
pemberian”katanya lagi.
Pelajaran yang dapat diambil dari sosok ibu titoh
ini adalah harus selalu merasa cukup dan selalu mensyukuri dalam hal apapun.
Komentar
Posting Komentar